“Tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi lokal dalam pengolahan sumber daya unsur tanah jarang”

Unsur tanah jarang adalah 17 unsur lantanida yang dikelompokkan dalam Light Rare Earth Elements (LREE) dan High Rare Earth Elements Berat (HREE). Di antaranya, Neodymium-Praseodymium (NdPr) yang sangat penting untuk pembuatan magnet permanen yang berukuran kecil tetapi berdaya besar sehingga banyak digunakan dalam perangkat elektronik sipil maupun militer (loud speaker, motor listrik berukuran kecil, komponen optic dll), motor mobil listrik, generator pada turbin angin.


Terkait kemajuan pelaksanaan program industrialisasi pengolahan sumber daya logam tanah jarang (istilah yang lebih tepat: unsur tanah jarang) oleh PT TIMAH Tbk, MEDIABUMN.COM mengutip pernyataan Abdullah Umar selaku Sekretaris Perusahaan PT TIMAH Tbk bahwa pihaknya masih mencari partner dalam mengolah sumber daya logam tanah jarang.
“Mengenai pengembangan logam tanah jarang ini, kami masih pada tahap mencari partner. Karena kaitannya dengan penggunakan teknologi canggih,” jelas Umar dalam Public Expose Live, Jumat (28/8/2020).

Pernyataan tersebut tidak melihat keadaan industri yang memproduksi unsur tanah jarang (rare earth elements) saat ini di dunia, seperti adanya kebijakan pemerintah China yang melarang pemberian lisensi teknologi pengolahan unsur tanah jarang ke luar China.

Satu satunya perusahaan pengolah logam tanah jarang di luar China yang saat ini beroperasi adalah Lynas di malaysia dengan bahan baku dari mountweld Australia. Itupun menggunakan teknologi China yang konvensional.

China saat ini mengembangkan teknologi proses untuk produksi unsur tanah jarang ke arah teknologi ramah lingkungan.

Beberapa negara di luar China juga saat ini sedang melakukan pengembangan teknologi proses yang ramah lingkungan dan mempunyai recovery unsur tanah jarang yang lebih tinggi pada tahap pilot plant.

Dalam upaya menjamin proses yang ramah lingkungan telah disusun standard (ISO 23664:2021 Traceability of rare earths in the supply chain from mine to separated products) yang menetapkan persyaratan dan memberikan panduan tentang perancangan dan penggunaan sistem ketertelusuran dalam rantai pasok tanah jarang. Dokumen ini juga menetapkan informasi yang harus dicatat oleh pelaku bisnis rantai pasok untuk material atau produk tanah jarang yang melewati rantai pasok, mulai dari proses penambangan hingga produk jadi.

Pengembangan kemampuan lokal untuk mengolah mineral monasit (salah satu produk dari proses pengambilan mineral ikutan ketika proses benefisiasi kasiterit, yaitu mineral yang menjadi sumber logam timah).

Dalam mineral ikutan tersebut tidak hanya ada monasit, tetapi juga zirkon, senotim, juga ilmenit. Hingga saat ini semua mineral ikutan tersebut hanya disimpan, padahal mengandung unsur radioaktif serta bahan nuklir seperti Thorium dan Uranium. Oleh karena itu penyimpanan mineral tersebut wajib mematuhi peraturan keselamatan radiasi dan safeguard (penyalah gunaan bahan nuklir).

BATAN (saat ini menjadi salah satu organisasi riset dalam BRIN) sudah lama menekuni pengembangan proses asam dan basa untuk meminimasi kandungan unsur radioaktif dan dari monasit dan mengekstraksinya menjadi hidroksida rare earth, bahkan hingga skala pilot plant, tidak hanya skala laboratorium. Demikian pula dari zirkon menjadi senyawa zirconium. Adapun pengembangan mineral lain seperti senotim (sumber heavy rare earth element) dan ilmenit (sumber Titanium) pun telah ditekuni pada skala laboratorium. Proses yang telah dikembangkan hingga skala pilot plant tersebut masih perlu dikembangkan terkait minimasi dampak lingkungan dan process recovery.

Tahap optimasi tekno-ekonomi pun telah mulai dilakukan oleh PT Timah Tbk dengan dibangunnya pilot plant untuk mengolah monasit menjadi hidroksida rare earth. Minimasi dampak lingkungan dan process recovery masih menjadi pekerjaan rumah sebelum mewujudkan skala komersial.

Sebagaimana telah dibahas di atas, bahwa satu-satunya produksi rare earth dari monasit yang beroperasi saat ini di luar China hanyalah Lynas. Bahkan USA pernah meminta Lynas untuk membangun pabrik di USA. Kebijakan pemerintah China benar-benar tidak memungkinkan untuk menjual teknologinya ke luar China (informasi ketika kunjungan ke industri rare earth di China). Oleh karena itu saat ini tidak ada alasan bagi perusahaan yang akan memproduksi unsur tanah jarang (rare earth elements) untuk tidak menggunakan teknologi dalam negeri dalam pengolahan sumber daya unsur tanah jarang. Indonesia punya bahan baku, sehingga berpeluang untuk berpacu dalam pengembangan teknologi proses untuk memproduksi setidaknya berupa senyawa rare earth elements kemurnian tinggi. Tidak urgent untuk produksi logam rare earth, karena sudah banyak negara di eropa dan USA yang menguasai.